Trump Izinkan China Beli Minyak Iran, Tapi As Tegaskan Sanksi Tetap Berlaku

Sedang Trending 14 jam yang lalu

ILUSTRASI. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatbakal pada Selasa bahwa China sekarang diizinkan untuk melanjutkan pembelian minyak dari Iran. REUTERS/Raheb Homavandi/File Photo/File Photo

Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

CEKLANGSUNG.COM - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatbakal pada Selasa bahwa China sekarang diizinkan untuk melanjutkan pembelian minyak dari Iran, menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel.

Namun, Gedung Putih segera menjelaskan bahwa pernyataan tersebut tidak berarti bahwa hukuman AS terhadap Iran dilonggarkan.

“China sekarang dapat terus membeli minyak dari Iran. Semoga mereka juga membeli banyak dari AS,” ujar Trump melalui platform Truth Social, hanya beberapa hari setelah dia memerintahkan serangan udara terhadap tiga situs nuklir Iran.

Tidak Ada Pelonggaran Sanksi, Klaim Gedung Putih

Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatbakal kepada Reuters bahwa Presiden Trump hanya menyoroti kebenaran bahwa Iran belum mencoba menutup Selat Hormuz—jalur strategis bagi pengiriman minyak dunia—yang jika ditutup bakal berakibat besar terhadap China sebagai importir utama minyak Iran.

Baca Juga: Trump Yakin Nuklir Iran Lumpuh, Intelijen Bilang Belum Tentu

“Presiden tetap menyerukan agar China dan negara-negara lain mengimpor minyak teknologi tinggi dari AS, bukan minyak Iran nan melanggar sanksi,” jelas pejabat tersebut.

Pernyataan Trump muncul setelah pengumuman gencatan senjata dan dinilai sebagai sinyal negatif bagi pasar minyak. Harga minyak dunia turun nyaris 6% pada hari Selasa menyusul komentar tersebut.

Kebijbakal Trump Dinilai Inkonisten

Jika ada pelonggaran dalam penegbakal hukuman terhadap Iran, perihal ini bisa menjadi pembalikan kebijbakal besar dari pendekatan "tekanan maksimum" nan Trump tegaskan kembali pada Februari lalu. Kala itu, dia menargetkan ekspor minyak Iran turun menjadi nol lantaran program nuklir dan support Teheran terhadap golongan militan di Timur Tengah.

Trump sebelumnya telah menjatuhkan hukuman terhadap sejumlah kilang independen dan operator terminal pelabuhan di China lantaran membeli minyak Iran. Namun menurut analis daya Scott Modell, pernyataan Trump saat ini menunjukkan “kembali ke standar penegbakal nan longgar”.

“Trump hanya mengancam, tapi sejauh ini tekanan terhadap Iran lebih ke ‘minimum pressure’ daripada ‘maximum pressure’,” kata Modell, CEO Rapidan Energy Group sekaligus mantan pejabat CIA.

Proses Pelonggaran Sanksi Tidak Mudah

Menurut Jeremy Paner, mitra di firma norma Hughes Hubbard & Reed, jika Trump benar-betul mau menangguhkan hukuman mengenai minyak Iran, bakal diperlukan koordinasi lintas lembaga pemerintah.

Baca Juga: Kirim Surat ke Kongres, Trump Yakin Iran Memiliki Program Senjata Nuklir

Departemen Keuangan kudu mengeluarkan lisensi, sementara Departemen Luar Negeri kudu mengeluarkan pengecualian nan wajib diberitahukan kepada Kongres.

Namun, Modell menilai mini kemungkinan Trump bakal secara resmi mencabut hukuman sebelum perundingan nuklir AS-Iran berikutnya. Sanksi tersebut justru menjadi perangkat tawar utama terhadap tuntutan Iran agar hukuman dicabut secara permanen.

China: Beli Minyak Berdasarkan Kepentingan Nasional

Menanggapi pernyataan Trump, ahli bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menyatbakal bahwa negaranya bakal mengambil keputusan mengenai keamanan daya sesuai dengan kepentingan nasional.

“China menentang penggunaan hukuman sepihak nan terlarangan oleh AS,” kata Guo dalam bertemu pers rutin di Beijing.

Para analis dan pedagang minyak di Asia memperkirbakal komentar Trump tidak bakal berakibat besar dalam waktu dekat terhadap volume pembelian minyak oleh China, baik dari Iran maupun dari AS.

Saat ini, sekitar 13,6% impor minyak China berasal dari Iran, sementara hanya 2% berasal dari AS, dengan tambahan halangan berupa tarif 10% nan diberlakukan Beijing atas minyak mentah AS.

Baca Juga: Taruhan Terbesar Trump: Gempur Iran, Genggam Damai, Hadapi Risiko Politik

Dampak Geopolitik Regional

Langkah Trump nan tampak melonggarkan tekanan terhadap Iran berpotensi menimbulkan ketegangan baru dengan sekutu utama AS di kawasan, seperti Arab Saudi—eksportir minyak terbesar dunia. Ketergantungan China terhadap minyak Iran nan lebih murah telah menjadi penyelbanget bagi kilang-kilang independen di negeri itu nan sekarang tertekan margin keuntungannya.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, menyatbakal bahwa kebijbakal mengenai tetap terus difinalisasi dan bakal mengikuti visi strategis Presiden Trump.

“Kami konsentrasi untuk memastikan bahwa tangan pengarah Presiden Trump memimpin arah pemerintahan ini. Terkait teknisnya, kita tetap kudu menunggu dan melihat,” ujar Bruce kepada wartawan.

Selanjutnya: Pertamina NRE Catatkan Pendapatan US$ 416,8 Juta pada 2024

Menarik Dibaca: Model Desain Dinding Galeri Estetik untuk Rumah Minimalis di Tahun 2025




Selengkapnya
Sumber
-->