Sumber: France 24 | Editor: Handoyo
CEKLANGSUNG.COM - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (25/6) menyatbakal bahwa “kemajuan besar” tengah dicapai dalam upaya mengakhiri perang Israel–Hamas di Jalur Gaza, nan telah berjalan lebih dari 20 bulan sejak meletusnya bentrok berdarah pada Oktober 2023.
“Menurut saya, kemajuan besar sedang terjadi di Gaza,” ujar Trump kepada wartawan jelang KTT NATO di Belanda. Ia menamapalagi bahwa utusan khususnya, Steve Witkoff, menyampaikan bahwa “Gaza sudah sangat dekat” menuju penyelesaian damai.
Gencatan Senjata Israel–Iran Beri Harapan Baru
Optimisme Trump muncul sehari setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran—pendukung utama Hamas—yang mengakhiri perang 12 hari antara kedua negara.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pun menyiratkan bahwa serangan udara terhadap akomodasi nuklir dan rudal Iran, serta basis-pedoman keamanan nan dikaitkan dengan golongan militan asing, bisa membantu menghentikan bentrok di Gaza.
Baca Juga: AS Mendadak Siapkan Bantuan Senilai US$ 30 Juta untuk Gaza
Tekanan Politik dalam Negeri Menguat
Netanyahu menghadapi tekanan politik nan semakin besar dari beragam pihak, termasuk musuh politik, family sandera nan ditahan di Gaza, dan apalagi beberapa personil koalisi pemerintahannya sendiri.
Mereka menuntut diakhirinya operasi militer nan dimulai usai serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober 2023 nan menewaskan lebih dari 1.200 orang, kebanyakan penduduk sipil, menurut info resmi nan dikompilasi AFP.
Qatar dan Mesir Luncurkan Upaya Baru
Mediator utama seperti Qatar mengumumkan pada Selasa bahwa mereka bakal meluncurkan upaya baru untuk mendorong gencatan senjata. Sehari kemudian, Hamas menyatbakal bahwa pembicaraan dengan para mediator “meningkat secara intensif”.
“Komunikasi kami dengan kerabat mediator di Mesir dan Qatar tidak pernah berakhir dan telah meningkat dalam beberapa jam terakhir,” ujar pejabat Hamas, Taher al-Nunu, kepada AFP. Namun, dia mengungkapkan bahwa belum ada proposal baru nan diterima kelompoknya.
Pemerintah Israel tidak memberikan komentar rinci mengenai pembicaraan terbaru mengenai gencatan senjata. Namun, mereka menegaskan bahwa upaya membebaskan para sandera di Gaza tetap berjalan baik “di medan perang maupun melalui jalur diplomatik”.
Baca Juga: Trump Izinkan China Beli Minyak Iran, Tapi AS Tegaskan Sanksi Tetap Berlsaya
Kritik Internal atas Strategi Perang
Militer Israel mengumumkan bahwa sejumlah tentaranya dari kesatuan teknik tempur tewas saat menjalankan misi pengintaian di Khan Yunis, Gaza selatan. Insiden ini memicu kritik lnomor dari dalam koalisi pemerintahan.
“Saya tetap belum memahami kenapa kita tetap bertempur di sana… prajurit kita terus gugur,” kata Moshe Gafni, pemimpin partai ultra-Ortodoks United Torah Judaism, dalam rapat parlemen Israel.
Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang juga mendukung kritik tersebut. “Perang di Gaza telah kehilangan arah. Tanpa tujuan nan jelas, tanpa rencana konkret,” bunyi pernyataan mereka.
Dari 251 sandera nan diculik oleh militan Hamas dalam serangan 7 Oktober, 49 tetap ditahan, termasuk 27 nan telah dinyatbakal tewas oleh militer Israel.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Menurut Kementerian Kesehatan di wilayah nan dikuasai Hamas, lebih dari 56.000 orang telah tewas akibat agresi Israel, kebanyakan adalah penduduk sipil. Laporan PBB juga menyebut bahwa dua juta masyarakat Gaza sekarang menghadapi kondisi seperti kelaparan.
Pada Rabu, sedikitnya 20 orang dilaporkan tewas oleh tembbakal dan serangan tank Israel saat mengantre support di Gaza tengah, menurut Badan Pertahanan Sipil Palestina. Militer Israel menyatbakal tidak mengetahui adanya kejadian semacam itu pada pagi hari tersebut.
Baca Juga: Trump Yakin Nuklir Iran Lumpuh, Intelijen Bilang Belum Tentu
Kontroversi Gaza Humanitarian Foundation
PBB sebelumnya mengecam “politisasi pangan” di Gaza dan mengkritik keras Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—lembaga nan didukung AS dan Israel—yang disebut menggantikan peran lembaga-lembaga kemanusiaan internasional secara sepihak.
Sejak kehadirannya akhir Mei lalu, pengedaran support oleh GHF kerap diwarnai kekacauan, kejadian kekerasan, dan tuduhan pelanggaran netralitas.
GHF membantah bertanggung jawab atas korban jiwa di sekitar titik distribusi. Namun, menurut info kementerian kesehatan Gaza, nyaris 550 orang telah tewas sejak akhir Mei saat mengantre support di lokasi-letak nan dikelola GHF.