Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
CEKLANGSUNG.COM - Ketegangan di Timur Tengah dan Eropa sepertinya membikin bumi sedikit melupbakal potensi letupan bentrok lain di Asia Timur. Laut China Selatan diprediksi bakal menjadi pusatnya.
Di wilayah tersebut, China tetap menjadi tokoh utama. Klaimnya atas sejumlah tiitk di Laut China Selatan selampau jadi pemicu ketegangan. Namun, potensi agresi militer terbesar ada di Taiwan.
Bagi China, Taiwan adalah provinsi separatis. Bagi China, Taiwan sampai saat ini tetap menjadi bagian dari wilayahnya.
Isu adanya invasi China ke Taiwan telah lama beredar. Baru-baru ini, pihak China kembali mengomentari potensi agresi militer ke Taiwan.
Baca Juga: China Evakuasi Warganya dari Israel ke Mesir Mulai Jumat, Imbas Konflik dengan Iran
Juru bicara Kantor Urusan Taiwan, Zhu Fenglian, mengatbakal setiap klaim kemerdekaan nan datang dari Taiwan bakal menghadapi tindbakal bargumen nan tegas.
"Meskipun kedua sisi Selat Taiwan belum sepenuhnya berasosiasi kembali, kebenaran sejarah dan norma bahwa rekan senegara di kedua sisi adalah satu China dan bahwa rekan senegara kedua sisi adalah orang China tidak bakal pernah berubah," kata Zhu pada hari Rabu (25/6) dalam bertemu pers rutin di Beijing, dikutip Reuters.
Komentar Zhu keluar setelah Presiden Taiwan, Lai Ching-te, menyampaikan pidato tentang menyatukan negara. Lai menegaskan bahwa Taiwan adalah sebuah negara dan China tidak mempunyai kewenangan norma alias sejarah untuk mengklaimnya.
Baca Juga: China: Serangan AS ke Iran Rusak Kredibilitas Washington
Saat ditanyai tentang adanya potensi invasi ke Taiwan, Zhu menyangkal dengan mengatbakal tidak mungkin bagi China menyerang wilayahnya sendiri.
"Taiwan adalah bagian dari China, tidak ada invasi nan bisa dibicarakan," kata Zhu.
China memang kerap membikin situasi Selat Taiwan memanas dengan menggelar latihan militer, apalagi dengan skenario perang. Latihan perang terakhir China dilakukan pada bulan April. Angkatan Udara dan Angkatan Laut China pun beraksi di sekitar Taiwan setiap hari.
Dalam pidato hari Selasa (24/6), Presiden Lai mengatbakal masa depan Taiwan hanya dapat diputuskan oleh rakyatnya secara demokratis, bukan oleh keputusan partai alias presiden mana pun.
"Kemerdekaan Taiwan merujuk pada kita sendiri, nan bukan bagian dari Republik Rakyat China," ungkap Lai.
Tonton: Iran Pertimbangkan untuk Membdasar Serangan AS terhadap Situs Nuklir Fordow