Harga Minyak Menguat 1%, Investor Menghitung Peluang Gencatan Senjata Iran-israel

Sedang Trending 22 jam yang lalu

ILUSTRASI. Rabu (25/6), nilai Brent menguat 1,3% menjadi US$ 67,99 per barel dan WTI naik 1,4% ke US$ 65,24 per barel jelang tengah hari ini

Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari

CEKLANGSUNG.COM - TOKYO. Harga minyak menguat lantaran penanammodal menilai stabilitas gencatan senjata antara Iran dan Israel, tetapi memperkuat mendekati level terendah dalam beberapa minggu lantaran prospek bahwa aliran minyak mentah tidak bakal terganggu.

Rabu (25/6) pukul 10.45 WIB, nilai minyak mentah jenis Brent untuk perjanjian pengiriman Agustus 2025 naik 85 sen alias 1,3% menjadi US$ 67,99 per barel.

Sementara, nilai minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk perjanjian pengiriman Agustus 2025 naik 87 sen alias 1,4% ke US$ 65,24 per barel.

Pada sesi sebelumnya, nilai minyak mentah Brent ditutup pada level terendah sejak 10 Juni dan WTI sejak 5 Juni, keduanya sebelum Israel melancarkan serangan mendadak terhadap akomodasi militer dan nuklir utama Iran pada 13 Juni.

Harga minyak mentah telah naik ke level tertinggi dalam lima bulan setelah AS menyerang akomodasi nuklir Iran selama akhir pekan.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Tipis Rabu (25/6) Pagi, Brent ke US$67,89 & WTI ke US$65,08

"Harga daya dunia mengalami moderasi setelah gencatan senjata Israel-Iran. Kondisi dasar bagi para mahir strategi minyak kami tetap berdasarkan pada fundamental, nan mengindikasikan pasokan minyak dunia nan cukup," kata analis JP Morgan dalam catatan klien.

Serangan udara AS tidak menghancurkan keahlian nuklir Iran dan hanya menundanya beberapa bulan, menurut penilaian awal intelijen AS, lantaran gencatan senjata nan ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump mulai berlsaya antara Iran dan Israel.

Sebelumnya, pada hari Selasa, Iran dan Israel mengisyaratkan bahwa perang udara antara kedua negara telah berakhir, setidaknya untuk saat ini, setelah Trump secara terbuka menegur mereka lantaran melanggar gencatan senjata.

Ketika kedua negara mencabut pembpemimpin sipil setelah 12 hari perang - nan diikuti AS dengan serangan terhadap akomodasi pengayaan uranium Iran - masing-masing berupaya menyatakan kemenangan.

"Gencatan senjata Israel-Iran kemungkinan bakal terbukti rapuh. Namun selama kedua pihak menunjukkan diri mereka tidak mau menyerang prasarana daya mengenai ekspor dan/alias mengganggu arus pengiriman melalui Selat Hormuz, kami memperkirbakal esensial nan jelek di pasar minyak bakal terus bersambung ... dari sini," kata kepala ahli ekonomi suasana dan komoditas Capital Economics David Oxley.

Baca Juga: Resmi, Harga Ayam Hidup Ditingkat Perternak Ditetapkan Rp 18.000 per Kg

Keterlibatan langsung AS dalam perang tersebut membikin para penanammodal cemas tentang Selat Hormuz, jalur perairan sempit antara Iran dan Oman, nan dilalui oleh sekitar 18 juta hingga 19 juta barel minyak mentah dan bahan bakar per hari (bpd), nyaris seperlima dari konsumsi global.

Para penanammodal menunggu info pemerintah AS tentang persediaan minyak mentah dan bahan bakar domestik nan bakal dirilis pada hari Rabu.

Data industri menunjukkan persediaan minyak mentah AS turun sebesar 4,23 juta barel dalam minggu nan berhujung pada tanggal 20 Juni, kata sumber pasar, mengutip angka-nomor dari American Petroleum Institute pada hari Selasa.

Selanjutnya: Kunjungan Kerja ke Bali, Presiden Prabowo bakal Meresmikan KEK Sanur

Menarik Dibaca: Cara Mudah Cek Penerima BSU 2025 Lewat JMO dan Website BPJS Ketenagakerjaan




Selengkapnya
Sumber
-->