Australia Dan Youtube Berselisih Soal Larangan Medsos Anak Di Bawah 16 Tahun

Sedang Trending 1 hari yang lalu

ILUSTRASI. Australia bakal jadi negara pertama di bumi nan menjatuhkan denda kepada perusahaan media sosial jika mereka kandas memblokir akses pengguna. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo

Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

CEKLANGSUNG.COM - JAKARTA. Ketegangan terjadi antara regulator internet Australia dan YouTube pada Selasa (24/6) setelah Komisioner eSafety mendesak pemerintah untuk mencabut rencana pengecualian terhadap platform video milik Alphabet tersebut dari larangan media sosial bagi remaja di bawah usia 16 tahun.

Perselisihan ini menambah ketidakpastian terhadap peluncuran undang-undang berhistoris pada Desember mendatang.

Undang-undang ini bakal menjadikan Australia negara pertama di bumi nan menjatuhkan denda kepada perusahaan media sosial jika mereka kandas memblokir akses pengguna di bawah usia 16 tahun.

Pemerintah Berniat Kecualikan YouTube, Regulator Menolak

Pemerintahan Partai Buruh nan dipimpin Perdana Menteri Anthony Albanese sebelumnya menyatbakal niatnya untuk memberi pengecualian kepada YouTube, dengan argumen platform ini banyak digunbakal untuk pendidikan dan kesehatan.

Namun, perusahaan teknologi lain seperti FB dan IG (Meta), Snapchat, dan TikTok menganggap kebijbakal ini tidak setara jika hanya YouTube nan dikecualikan.

Baca Juga: Walt Disney dan Youtube Kini Berseteru, Ini nan Menjadi Biang Keroknya

Komisioner eSafety, Julie Inman Grant, menyatbakal bahwa dirinya telah menyurati pemerintah untuk menegaskan bahwa tidak semestinya ada pengecualian saat patokan mulai berlaku.

“Ini bukan pertarungan nan setara ketika menyangkut anak-anak kita dan situs media sosial,” kata Inman Grant saat berbincang di National Press Club di Sydney.

YouTube Paling Banyak Laporkan Konten Berancaman untuk Anak

Menurut riset dari eSafety, sebanyak 37% anak berumur 10 hingga 15 tahun melaporkan pernah memandang konten berancaman di YouTube — nomor tertinggi dibandingkan platform media sosial lainnya.

Inman Grant juga menyoroti penggunaan algoritma rekomendasi dan notifikasi sebagai corak “desain adiktif” nan digunbakal platform media sosial untuk membikin pengguna tetap online. “YouTube telah sangat mahir dalam menggunbakal algoritma ini, membikin pengguna masuk dalam ‘lubang kelinci’ nan susah mereka hindari,” ujarnya.

YouTube Bdasar Kritik, Tuduh Regulator Abaikan Data

Menanggapi pernyataan tersebut, YouTube melalui unggahan blog menyebut pernyataan Inman Grant sebagai tidak konsisten dan kontradiktif. YouTube menuding sang komisioner mengabaikan info riset pemerintah sendiri, nan menunjukkan bahwa 69% orang tua menganggap YouTube cocok untuk anak di bawah 15 tahun.

Baca Juga: 4 Cara Mengatasi Aplikasi YouTube Tidak Bisa Dibuka beserta Penyebabnya

“Komisioner eSafety memilih untuk mengabaikan info ini, keputusan pemerintah Australia, serta bukti lain dari pembimbing dan orang tua nan mendukung penggunaan YouTube untuk pengguna muda,” tulis Rachel Lord, Manajer Kebijbakal Publik YouTube untuk Australia dan Selandia Baru.

Keselkajian Anak Diutamakan

Saat ditanya soal survei nan mendukung pengecualian YouTube, Inman Grant menegaskan bahwa keselkajian anak-anak bakal selampau menjadi prioritas utamanya, “melampaui kepentingan politik alias popularitas.”

Sementara itu, ahli bicara Menteri Komunikasi Anika Wells menyatbakal bahwa sang menteri sedang mempertimbangkan saran dari regulator online. “Prioritas utama menteri adalah memastikan patokan rancangan ini memenuhi tujuan undang-undang dan melindungi anak-anak dari ancaman media sosial,” ujarnya.

Selanjutnya: Dana Kelolaan Ekosistem Islam BSI Tumbuh 12,81% Menjadi Rp13 Triliun per Mei 2025

Menarik Dibaca: 4 Teh Herbal nan Baik Diminum Sebelum Berhubungan Intim, Bikin Berstamina




Selengkapnya
Sumber
-->