Kesalahan Warren Buffett Yang Menjadi Pelajaran Berharga Dalam Investasi

Sedang Trending 1 hari yang lalu

ILUSTRASI. Kesalahan Warren Buffett nan Menjadi Pelaliran Berharga dalam Investasi. REUTERS/Scott Morgan

Penulis: Tiyas Septiana

CEKLANGSUNG.COM -  Kesalahan bukanlah perihal nan jarang terjadi dalam pekerjaan Buffett nan panjang. Namun, nan membuatnya berbeda adalah seberapa jujurnya dia mengakuinya.

Pada tahun 1993, Warren Buffett membikin apa nan kemudian disebutnya sebagai transtindakan terburuknya: akuisisi Dexter Shoe.

Sekilas, Dexter tampak sesuai dengan pola Berkshire Hathaway: merek nan kuat, pengguna setia, budaya hemat. Namun, ada kelemahan fatal: biaya produksi di AS nan tinggi kudu bersaing dengan impor Tiongkok nan semakin meningkat.

Melansir dari Market Watch, Buffet bayar US$443 juta dalam corak saham Berkshire. Kurang dari satu dekade, Dexter tidak berbobot lagi.

Baca Juga: Israel Tuduh Iran Langgar Gencatan Senjata, Perintahkan Serangan Bargumen ke Teheran

Yang lebih menyakitkan? Pada tahun 2019, nilai saham nan dia lepaskan berbobot nyaris US$8 miliar. Seperti nan kemudian dikatbakal Buffett, dia sukses mengubah "bisnis nan bagus menjadi investasi nan buruk" — dan membayarnya dengan emas.

Kesalahan seperti Dexter bukanlah perihal lnomor dalam pekerjaan panjang Buffett. Namun nan membedakannya adalah seberapa jujurnya dia membicarakannya.

Dalam jenis ke-8 "The Essays of Warren Buffett," nan diterbitkan sejak 1995, Buffett mengidentifikasi lebih dari 30 kesalahan serupa. Bagi Buffett, kesalahan tidak disembunyikan — tetapi dikajian secara mendalam.

1. Gen Re: Kepercayaan dan gejolak

Pada tahun 1998, Buffett membeli General Re seharga US$22 miliar, meskipun ada kekhawatiran tentang eksposur derivatifnya. Mitra upaya lamanya, Charlie Munger, telah memperingatkan agar tidak melanjutkan kesepakatan tersebut.

Namun, Buffett tetap melakukannya dengan rencana untuk menutup unit berisiko tersebut setelah akuisisi. Namun, itu tidak terjadi.

Hasilnya: Masalah selama bertahun-tahun. Gen Re menjual polis dengan nilai nan terlampau rendah, tidak menyedibakal persediaan akibat nan memadai, dan mengalami kerugian underwriting sebesar $6,1 miliar antara 1999 dan 2001.

Ini menjadi pelaliran berbobot tentang kepercayaan nan keliru — bukti bahwa apalagi hubungan dekat pun tetap memerlukan uji kelaybakal nan ketat.

2. Kejutan Sokol

Pada tahun 2011, David Sokol, seorang pelaksana Berkshire nan pernah dianggap sebagai penerus Buffett, merekomendasikan untuk mengakuisisi Lubrizol.

Tanpa sepengetahuan Buffett, Sokol telah membeli saham Lubrizol senilai US$10 juta — setelah memulai pembicaraan dengan perusahaan tersebut namun sebelum mengungkapkan idenya.

Siaran pers awal Buffett memuji kontribusi Sokol dan mengulangi penjelasannya. Para kritikus segera menyerang, menyebutnya lebih mirip ucapan perpisahan daripada teguran. Buffett kemudian mengakui bahwa pernyataan itu semestinya berasal dari pengacara, bukan dirinya.

Insiden itu mengungkap ketegangan di jantung budaya Berkshire: kepercayaan nan terdesentralisasi versus akuntabilitas nan tersentralisasi.

Sementara para pendukung melihatnya sebagai kesalahan lnomor dalam model nan semestinya kuat, nan lain memperingatkan bahwa otonomi tanpa pengawasan merupbakal akibat tersendiri.

Baca Juga: DPR Segera Bahas Calon Deputi Gubernur BI dan Komisioner LPS

3. Filosofi nan Tercorak dari Kegagalan

Di luar kasus-kasus individual, Buffett telah mengembangkan kernomor kerja untuk belajar dari kesalahan. Dimulai dari Berkshire Hathaway itu sendiri — akuisisi perusahaan tekstil nan sedang berjuang pada tahun 1965, nan didasarkan terutama pada nilai murah.

Itu adalah investasi “puntung cerutu” pertamanya: upaya nan hanya mempunyai satu tarikan terakhir, menawarkan untung murah sebelum akhirnya habis.

Dari kegagalan awal itu, Buffett belajar untuk lebih menghargai kualitas daripada harga, dan kemudahan daripada kompleksitas. "Kita belum belajar langkah memecahkan masalah upaya nan sulit," tulisnya.

"Yang kita pelajari adalah menghindarinya." Itulah sebabnya dia lebih memilih "rintangan setinggi satu kaki" daripada rintangan setinggi tujuh kaki — upaya nan lebih sederhana dan lebih dapat diprediksi.

Ia juga memperingatkan terhadap "dorongan institusional" — kecenderungan untuk melakukan sesuatu hanya lantaran orang lain melakukannya. “Saya dulu berpikir bahwa manajer nan pandai dan berintegritas secara otomatis bakal membikin keputusan rasional,” dia pernah mengakui. “Tapi saya belajar seiring waktu bahwa itu tidak selampau terjadi.”

Buffett mencatat bahwa beberapa kesalahan terburuknya adalah tidak bertindak — kesepakatan nan dia lewatkan, termasuk pesenggang awal untuk membeli Amazon.com dan Walmart. 

Untuk menghindari perihal ini, Buffett bersikeras untuk berbisnis hanya dengan orang nan dia sukai, percayai, dan kagumi. "Kami tidak pernah sukses membikin kesepakatan nan bagus dengan orang nan buruk," katanya. 

Dan dalam perihal risiko, Buffett tetap berpijak pada prinsip kehati-hatian. Ia terkenal konservatif dalam perihal hutang, sering kali mengorbankan potensi untung lebih tinggi demi menjaga stabilitas keuangan. “Kemungkinan mini terjadinya kesulitan alias kejelekan tidak dapat, menurut pandangan kami, ditutupi oleh pesenggang besar untuk mendapatkan untung lebih besar.” 

Tonton: Harga Emas Antam Memudar Hari Ini (24 Juni 2025)

Mencegah kesalahan ala Berkshire

Kesalahan Buffett bukanlah pengakuan untuk sekadar mencari pelampiasan — tetapi sudah tertanam dalam DNA operasional Berkshire. Perusahaan menghindari utang, jarang menggunbakal saham untuk akuisisi, dan menolak tekanan “social proof” nan kerap mendorong perusahaan lain untuk bertindak gegabah. Meski demikian, apalagi dengan psupaya pempemisah tersebut, kesalahan tetap terjadi.

Yang membedbakal Buffett bukanlah kesempurnaan, melainkan proses. Ia mengakui kesalahan, menjelaskannya, dan memperbarui langkah berpikirnya. Bagi para pemegang saham Berkshire — dan bumi upaya secara umum — transparansi radikal tersebut menjadi studi kasus tentang kepercayaan dan ketahanan.

Buffett memperlakukan pemegang saham bukan sebagai bawahan, tetapi sebagai mitra. Surat tahunan nan dia tulis terasa lebih seperti seminar daripada propaganda. Kegagalan diungkapkan dengan terbuka, sama bebasnya dengan keberhasilan. Itu bukan hanya menyegarkan — tetapi juga penuh pelajaran.

Ternyata, kekuatan sejati Sang Oracle bukanlah ribadah masa depan — tetapi keahlian memandang ke belakang tanpa mencari kambing hitam.

Selanjutnya: ESSA Hampir Turun 10%, Cek Saham Top Losers LQ45 saat IHSG Naik Hari Selasa (24/6)

Menarik Dibaca: 4 Teh Herbal nan Baik Diminum Sebelum Berhubungan Intim, Bikin Berstamina




Selengkapnya
Sumber
-->