Penilaian intelijen Amerika Serikat mengungkapkan, serangan udara AS kandas menghancurkan keahlian nuklir Iran. Amerika terlibat langsung dalam perang Israel dan Iran, dengan menyerang tiga akomodasi nuklir Iran nan dibdasar dengan serangan ke akomodasi militer AS di Qatar.
Setelah serangan Iran ke akomodasi militer AS ke Qatar nan tak membakal korban lantaran dilakukan dengan memberi peringatan terlebih dahulu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Namun, tindakan saling serang tetap berjalan tak lama setelah pengumuman Trump.
Mengutip Reuters, Iran dan Israel pada Selasa (24/6) akhirnya mengisyaratkan bahwa perang udara antara kedua negara telah berakhir, setelah Trump secara terbuka menegur keduanya lantaran melanggar gencatan senjata.
Gedung Putih mengatbakal penilaian intelijen itu "salah besar." Namun, menurut sumber nan mengetahui laporan Badan Intelijen Pertahanan, serangan itu menutup pintu masuk ke dua fasilitas, tetapi tidak meruntuhkan gedung bawah tanah.
"Beberapa sentrifus tetap tetap utuh setelah serangan, kata Washington Post mengutip sumber.
Pemerintah Trump mengatbakal kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada hari Selasa bahwa serangan akhir pekannya terhadap akomodasi nuklir Iran telah "melemahkan" program nuklir Iran. Ini berbeda dari pernyataan Trump sebelumnya nan menyebut bahwa akomodasi itu telah "dihancurkan."
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatbakal pada hari Selasa bahwa serangan terhadap Iran telah menghilangkan anckondusif pemusnahan nuklir dan berkeinginan untuk menggagalkan setiap upaya Teheran untuk menghidupkan kembali program senjatanya.
"Kami telah menyingkirkan dua anckondusif eksistensial langsung bagi kami: anckondusif pemusnahan nuklir dan anckondusif pemusnahan oleh 20.000 rudal balistik," kata Netanyahu.
Menurut media Iran, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatbakal negaranya telah sukses mengakhiri perang dalam apa nan disebutnya sebagai "kemenangan besar." Pezeshkian juga mengatbakal kepada Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman bahwa Teheran siap untuk menyelesaikan perbedaan dengan AS.
Israel melancarkan perang udara mendadak pada 13 Juni, menyerang akomodasi nuklir Iran dan menewaskan komandan militer tinggi, pukulan terburuk bagi Republik Islam sejak perang tahun 1980-an dengan Irak.
Iran, nan menyangkal mencoba membangun senjata nuklir, membdasar dengan rentetan rudal di letak dan kota militer Israel.
Militer Israel mencabut pembpemimpin aktivitas di seluruh negeri pada pukul 8 malam. waktu setempat (1700 GMT), dan para pejabat mengatbakal Bandara Ben Gurion, airport utama negara itu di dekat Tel Aviv, telah dibuka kembali. Wilayah udara Iran juga bakal dibuka kembali.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan, Trump menjadi penengah kesepakatan gencatan senjata dengan Netanyahu, dan pejabat pemerintah lainnya sedang berasosiasi dengan pemerintah Iran.
Gencatan senjata itu tampak rapuh: Israel dan Iran butuh waktu berjam-jam untuk mengakui bahwa mereka telah menerima gencatan senjata dan saling menuduh telah melanggarnya.
Trump menegur kedua belah pihak tetapi mengarahkan kritik pedas khususnya kepada Israel, dengan mengatbakal kepada sekutu dekat AS itu untuk "tenang sekarang." Ia kemudian mengatbakal Israel membatalkan serangan lebih lanjut atas perintahnya.
Menteri pertahanan Israel, Israel Katz, mengatbakal dia memberi tahu mitranya dari AS, Pete Hegseth, bahwa negaranya bakal menghormeninggal gencatan senjata selain Iran melanggarnya. Pezeshkian juga mengatbakal Iran bakal menghormeninggal gencatan senjata selama Israel melakukannya.
Apakah gencatan senjata Israel-Iran dapat memperkuat adalah pertanyaan besar mengingat ketidakpercayaan nan mendalam antara kedua musuh bebuyutan itu. Namun, keahlian Trump untuk menengahi gencatan senjata menunjukkan Washington tetap mempunyai pengaruh di wilayah nan bergolak itu.
Kepala staf angkatan bersenjata Israel Eyal Zamir mengatakan, "babak penting" dari bentrok itu telah berhujung tetapi kampanye memusuh Iran belum berakhir. Ia mengatbakal militer bakal kembali konsentrasi pada perang memusuh militan Hamas nan didukung Iran di Gaza.
Komando militer Iran juga memperingatkan Israel dan AS untuk belajar dari "pukulan telak" nan dilancarkannya selama konflik. Pihak berkuasa Iran mengatbakal 610 orang tewas di negara mereka akibat serangan Israel dan 4.746 orang terluka.
Serangan bargumen Iran menewaskan 28 orang di Israel, pertama kalinya pertahanan udaranya ditembus oleh sejumlah besar rudal Iran. Harga minyak ambruk dan pasar saham menguat di seluruh bumi sebagai tkamu kepercayaan nan diilhami oleh gencatan senjata, nan meredbakal kekhawatiran bakal terganggunya pasokan minyak krusial dari Teluk.