Jakarta -
#HaiBunda, saat memilih calon suami, tentu kita bakal memandang sisi terbaik dari dirinya. Dengan begitu, kita bakal lebih mudah menyesuaikan diri ketika menikah.
Namun, memang tidak semua bisa melakukan itu. Sayangnya saya tidak beruntung lantaran menikahi laki-laki nan rupanya tak baik untuk diriku. Alhasil saya pun menderita menjalani pernikahan ini.
Bunda, saya adalah anak sulung dari family biasa dan bekerja di sebuah butik besar di Kota Bandung. Demi berhormat pada keluarga, saya pun menikah dengan laki-laki pilihan orang tua.
Bapak dan ikitab mempunyai utang di bank wilayah di Kota Bandung sebanyak Rp25 juta. Kami mempunyai tetangga nan punya anak laki-laki usia 30 tahun tapi belum bekerja dan menikah, tetanggsaya ini membujuk orang tusaya menjodohkan anaknya dengan saya serta dan berjanji bakal diberi mahar plus support tambahan untuk melunasi utang orang tusaya di bank.
Selama hidupnya, suamiku ini hidup dari dari kedua orang tuanya, mereka adalah pebisnis mebel besar di Kota Bandung. Setelah menikah, mertusaya rutin mentransfer duit shopping sekitar Rp2 juta setiap bulan.
Setelah 3 bulan menikah, saya sudah mengalami kekerasan oleh suami. Tak kusangka, rupanya dia merupbakal pecandu miras dan narkoba, padahal wajahnya begitu alim. Saat di rumah, dia kerap menyiksaku dengan pukulan berulang kali.
Karena enggan untuk pulang ke rumah, saya pun kerap mengusulkan lembur ke atasanku hingga dia merasa bingung. Aku hanya bisa menjawab bahwa suamiku bekerja jadi rumah sepi, jadi lebih baik saya bekerja.
Namun, suatu hari saya sudah tak bisa mendusta lagi pada atasanku. Aku muncul tanpa riasan, wajah memar, bibir lecet, dengan jalan nan diseret. Aku mengalami pendbimbingan dahsyat hingga darah membasahi bangku dan rok seragam kerja. Atasanku begitu cemas hingga dia mendampingiku ke RSUD untuk menjalani visum.
Akhirnya saya pun mengsaya bahwa dari tengah malam hingga menjelang subuh suamiku minum-minuman keras di rumah berbareng teman-temannya. Saat ditegur menjelang adzan subuh, saya malah dihajar habis-habisan tanpa maaf dan tidak ada nan menolong. Ia menendang perut dan area rahimku.
Setelah membersihkan rok dan darah serta berganti pakaian, saya baru sadar perutku terasa kram dan apalagi darah keluar sangat deras.
Menurut master di RSUD, saya kudu melaporkan diri ke instansi polisi dengan membawa surat keterangan untuk divisum sebagai perangkat bukti. Dan nan bikin saya terkejut, rupanya saya sedang hamil!
Aku tak sadar sedang mengandung 4 minggu. Menurut dokter, kondisiku dinamakan chemical pregnancy namalain kehamilan kimiawi lantaran tetap bermotif jaringan darah belum jadi janin. Namun, lantaran kekerasan oleh suami, saya kudu dikuret untuk membersihkan sisa jaringan kehamilan.
Mentalku sungguh jatuh Bun... Setelah kondisi ku berangsur membaik, dibantu atasan, saya memutuskan mempidanbakal dan memperdatbakal suami untuk kerugian materil dan immaterial atas kehilangan calon bayi di perutku serta untuk terapi psikologis.
Pada akhirnya, saya pun memutuskan pisah setelah 3 tahun berjuang. Mantan suamiku terkena pidana 5 tahun dan tukar rugi secara perdata Rp50 juta. Kini saya merasa lega dan berterima kasih Bun...
- Bunda L, Pekanbaru -
Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik bakal mendapat bingkisan menarik dari HaiBunda.
(pri/pri)