Keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Iran-Israel dengan meluncurkan serangan udara ke akomodasi nuklir Iran mengguncang dinamika geopolitik. Aksi tersebut ini memicu kekhawatiran penanammodal saham dan menyebabkan bursa saham global, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG rontok.
Berdasarkan laporan Reuters, biaya ekuitas AS mencatat arus keluar mingguan terbesar selama tiga bulan terakhir selama pekan lalu.
Di pasar domestik, Bursa Efek Indonesia mencatat penanammodal asing ramai meninggalkan pasar saham. Aksi jual bersih atau net sell itu tercatat total Rp 4,5 triliun pada 16-20 Juni 2025.
Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG juga terpantau turun hingga 1,84% pada perdagangan sesi I hari ini, seiring dengan bursa saham Asia.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) David Kurniawan mengimaroma para penanammodal saham untuk mencermati kondisi geopolitik dan dampaknya ke nilai daya pada pekan ini.
“Geopolitik antara Israel-Iran tetap krusial. Jika bentrok mereda minyak turun dan saham konsumen terangkat. Sebaliknya, jika eskalasi meningkat, pasar daya naik dan sektor pertahanan mendapat dukungan,” kata David dalam keterangan resmi dikutip Senin (23/6).
Adapun waktu perdagangan pekan ini lebih singkat satu hari dengan libur Tahun Baru Hijriyah pada Jumat (29/6) mendatang. Berikut tiga rekomendasi saham nan dapat dicermati selama perdagangan minggu ini dalam bayang-bayang bentrok Iran-Israel:
PT Barito Pacific Tbk (BRPT)
Menurut David, emiten milik orang terkaya nomor dua di Tanah Air ini dapat dicermati seiring dengan lonjbakal nilai energi. “Secara teknikal sampai dengan saat ini BRPT bergerak dalam fase kenaikan nilai (uptrend.) Fase retrace dan konsolidasi ini memberikan area entry yang cukup baik dengan akibat terukur,” kata dia.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia sedang menargetkan untuk mulai bertransisi ke daya nan bersih. Menurut David, Barito Pacifik selama ini menjadi salah satu favorit investor.
Ia merekomendasikan BRPT untuk dibeli di nilai Rp 1.500 per saham, dengan sasaran nilai di Rp 1.600. David mengatbakal penanammodal berpotensi meraih untung sebesar 6,67% jika nilai saham mencapai level itu.
Namun, untuk mengelola risiko, dia menyarankan agar penanammodal menetapkan pemisah kerugian (stop loss) di nilai Rp 1.445. Jika nilai saham turun hingga ke level itu, penanammodal sebaiknya menjual untuk membatasi kerugian maksimal di kisaran 3,67%.
Sementara itu rasio akibat terhadap potensi imbal hasil (risk to reward ratio) dari transtindakan ini adalah 1:1,8.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
Meskipun saham perbankan sedang mengalami koreksi selama pekan terakhir, David memandang saat ini merupbakal momen nan tepat di area support saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI).
“Entry point di area sekarang memberikan akibat nan sangat terukur terdukung Bank Indonesia nan menahan suku kembang bakal menjadi sentimen nan menarik bagi emiten perbankan,” ujarnya.
Support ialah merupbakal area nilai saham tertentu nan diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, nilai umumnya bakal kembali naik lantaran peningkatan pembelian.
Saham BBNI direkomendasikan untuk dibeli di nilai Rp 4.110 per saham. Target harganya berada di level Rp 4.300 dengan kesempatan untung sebesar 4,62% jika nilai saham mencapai sasaran tersebut.
Untuk mengantisipasi kerugian, penanammodal disarankan menetapkan pemisah kerugian (stop loss) di nilai Rp 4.050. Dengan begitu, potensi kerugian dapat dibatasi hanya sekitar 1,46%. Sementara rasio antara akibat dan potensi untung dari transtindakan ini adalah 1:3,2.
PT Indosat Tbk (ISAT)
David merekomendasikan saham telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT). “Sampai saat ini, ISAT bergerak dalam tren nan sangat baik, terlihat dari candlestick terus bergerak di atas MA5,” kata dia.
Menurut dia, jika area konsolidasi ini sukses menembus level krusial (breakout) dengan volume, maka saham ini bakal menarik bagi para trader.
Adapun saham ISAT direkomendasikan untuk dibeli di nilai Rp 2.100 per saham. Jika saham ini mencapai sasaran nilai di Rp 2.250, trader berpotensi mendapatkan untung sebesar 7,14%.
Untuk membatasi potensi kerugian, disarankan menetapkan pemisah kerugian (stop loss) di Rp 2.020. Dengan begitu, kerugian maksimal bisa ditekan hingga sekitar 3,81% andaikan nilai saham bergerak turun. Rasio antara akibat dan potensi imbal hasil dari transtindakan ini adalah 1:1,9.
Selain merekomendasikan saham, IPOT juga memberikan saran pilihan obligasi. David merekomendasikan obligasi FR0097. Obligasi FR0097 adalah Obligasi Negara Republik Indonesia (SUN) bertenor 10 tahun dengan mempunyai kupon tetap (fixed rate) sebesar 7,125% per tahun dan jatuh tempo pada 15 Juni 2043.
David mengatakan, obligasi ini menawarkan imbal hasil rata-rata di kisaran 6,8%. Sementara itu, imbal hasil hingga jatuh tempo (yield to maturity/ytm) nan tercatat saat ini berada di level 6,9%.
“Angka ytm ini apalagi sedikit lebih tinggi dan menarik dibandingkan rata-rata imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia,” kata dia.