Analis mengatbakal adanya kemungkinan lonjbakal nilai minyak referensi bumi hingga US$ 100 per barel, akibat perang Iran-Israel disertai intervensi Amerika Serikat (AS) nan memperburuk keadaan. Kondisi semakin serius lantaran keputusan Parlemen Iran untuk menutup Selat Hormuz nan menjadi jalur perdagangan 20% bagi minyak dan pasokan gas alam cair di dunia.
Harga minyak referensi bumi sempat mencapai level tertinggi dalam lima bulan terakhir pada awal perdagangan Senin (23/6). Hal ini terjadi lantaran kekhawatiran penanammodal bakal kelanjutan perang di Timur Tengah setelah AS menyerang akomodasi nuklir Iran, berisiko pada aktivitas dan inflasi global.
Minyak referensi Brent harganya naik 2,7% menjadi US$ 79,12 per barel, sementara minyak mentah AS naik 2,8% menjadi US$ 75,98 per barel. Analis JP Morgan memperingatkan bahwa gejolak di Timur Tengah biasanya mengakibatkan nilai minyak melonjak hingga 76% dan rata-rata naik 30% seiring waktu.
Kondisi ini semakin serius lantaran Iran mempunyai Selat Hormuz, jalur perdagangan 20% bagi minyak dan pasokan gas alam cair di dunia.
“Dalam perkiraan kebijbakal Iran bakal memengaruhi aktivitas Selat Hormuz, kami perkirbakal nilai minyak Brent bakal mencapai setidaknya US$ 100 per barel,” kata analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar dikutip dari Reuters, (Senin (23/6).
Harga Emas Turun Tipis, Saham Melemah
Meski nilai minyak naik, Reuters menulis nilai emas turun tipis 0,1% menjadi US$ 3.363 per ons. Sementara itu pasar saham menunjukkan ketahanan sejauh ini, dengan perjanjian berjnomor S&P 500 turun moderat 0,5% dan perjanjian berjnomor Nasdaq turun 0,6%.
Indeks MSCI nan mencakup saham Asia-Pasifik di luar Jepang turun 0,5%, dan Nikkei Jepang turun 0,9%.
Kontrak berjnomor EUROSTOXX 50 turun 0,7%, sementara perjanjian berjnomor FTSE turun 0,5% dan perjanjian berjnomor DAX turun 0,7%. Eropa dan Jepang sangat berjuntai pada impor minyak dan LNG.
Adapun dolar AS naik 0,3% terhadap yen Jepang menjadi 146,48 yen, sementara euro turun 0,3% menjadi $1,1481. Indeks dolar AS menguat 0,17% menjadi 99,078. Tidak ada tanda-tkamu lonjbakal ke aset kondusif seperti obligasi pemerintah AS, dengan imbal hasil obligasi 10 tahun naik 2 pedoman poin menjadi 4,397%.
Kontrak berjnomor suku kembang Federal Reserve sedikit turun, kemungkinan mencerminkan kekhawatiran bahwa kenaikan nilai minyak nan berkepanjangan bakal menambah tekanan inflasi pada saat tarif baru mulai terasa di harga-harga AS.
Pasar tetap memperhitungkan kesempatan nan sangat mini bahwa Fed bakal memangkas suku kembang pada pertemuan berikutnya pada 30 Juli, meskipun Gubernur Fed Christopher Waller keluar dari barisan dan berdasar untuk pelonggaran pada Juli.
Sebagian besar personil Fed lainnya, termasuk Ketua Jerome Powell, lebih berhati-hati dalam kebijakan, sehingga pasar lebih mengandalkan pemangkasan suku kembang pada September. Setidaknya 15 pejabat Fed bakal berbincang pekan ini, dan Powell bakal menghadapi pertanyaan dari personil parlemen, mencakup akibat potensial tarif Presiden Donald Trump dan serangan terhadap Iran.
Timur Tengah bakal menjadi prioritas utama dalam pertemuan pemimpin NATO di Den Haag pekan ini, di mana sebagian besar personil telah sepakat untuk berkomitmen pada kenaikan tajam shopping pertahanan.