CEKLANGSUNG.COM – Bocoran terbaru mengindikasikan bahwa Xiaomi XRING 02, chipset jagoan masa depan perusahaan, berpotensi tertinggal satu generasi penuh dari para pesaingnya. Padahal, kesuksesan XRING 01 sebelumnya sempat membikin banyak orang percaya bahwa Xiaomi siap bersaing di level tertinggi. Namun, rupanya ada sejumlah tantangan teknis dan finansial nan membikin Xiaomi kudu mempertimbangkan ulang langkah strategisnya.
Menurut info nan beredar, TSMC dikabarkan bakal memulai produksi massal wafer 2nm pada kuartal keempat tahun 2025. Banyak pesaing Xiaomi di China dan dunia diprediksi bakal beranjak ke teknologi ini. Sementara itu, XRING 02 justru tetap bakal menggunbakal proses 3nm dari TSMC. Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan besar: kenapa Xiaomi memilih untuk tidak mengikuti jejak kompetitor?
Alasan utama nan disebutkan adalah biaya produksi nan jauh lebih tinggi untuk wafer 2nm. Setiap wafer 2nm TSMC diperkirbakal berbobot sekitar $30.000, belum termasuk biaya tambahan selama fase tape-out untuk menguji performa chipset. Bagi Xiaomi, nan tetap dalam proses mengurangi ketergantungan pada Qualcomm dan MediaTek, keputusan untuk tetap menggunbakal 3nm mungkin merupbakal langkah pragmatis untuk mengendalikan anggaran.
Selain ftokoh biaya, keterbpemimpin akses terhadap peralatan EDA (Electronic Design Automation) canggih akibat kontrol ekspor AS juga menjadi hambatan signifikan. Tanpa perangkat unik ini, pesenggang Xiaomi untuk mengembangkan chipset 2nm sangat kecil. Ini adalah contoh nyata gimana geopolitik dapat mempengaruhi penemuan teknologi di tingkat global.
XRING 02 tidak hanya ditujukan untuk smartphone dan tablet, tetapi juga sedang dievaluasi untuk digunbakal dalam mobil dan aplikasi lainnya. Proses backend nan rumit untuk mengintegrasikan chipset ini ke dalam beragam produk tidak hanya bakal membebani finansial Xiaomi tetapi juga memperpanjang waktu pengembangan. Akibatnya, chipset ini mungkin bakal datang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya.
Meskipun demikian, keputusan Xiaomi untuk tetap menggunbakal proses 3nm tidak serta merta berarti kegagalan. Teknologi 3nm generasi ketiga TSMC (N3P) tetap cukup kompetitif dan dapat memberikan performa nan memadai untuk beragam aplikasi. Selain itu, dengan konsentrasi pada optimasi perangkat lunak dan integrasi sistem, Xiaomi mungkin dapat mengkompensasi keterbpemimpin hardware dengan software nan lebih efisien.
Lalu, gimana dengan masa depan Xiaomi dalam perihal chipset? Xiaomi 15T nan baru saja bocor di Geekbench menunjukkan bahwa perusahaan tetap aktif mengembangkan produk dengan chipset pihak ketiga. Sementara itu, Xiaomi 15T Pro juga dikabarkan bakal segera rilis global. Ini menunjukkan bahwa Xiaomi tidak sepenuhnya meninggalkan kerja sama dengan vendor chipset lain.
Di sisi lain, Xiaomi juga sedang konsentrasi mengembangkan HyperOS 3, nan mungkin dapat membantu mengoptimalkan performa perangkat dengan chipset nan lebih rendah. Pendekatan holistik seperti ini bisa menjadi strategi jnomor panjang Xiaomi untuk tetap kompetitif di pasar global.
Jadi, apakah keputusan Xiaomi untuk tetap menggunbakal 3nm pada XRING 02 adalah langkah nan tepat? Hanya waktu nan bisa menjawab. nan pasti, dalam industri nan bergerak sangat sigap seperti semikonduktor, terkadang langkah konservatif justru bisa menjadi kelebihan strategis. Terutama ketika dihadapkan pada ketidakpastian supply chain dan tekanan geopolitik.
Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya. Siapa tahu, di tengah semua keterbatasan, Xiaomi justru bisa memberikan kejutan dengan optimasi nan luar biasa. Bagaimanapun, sejarah telah membuktikan bahwa penemuan tidak selampau tentang mempunyai teknologi paling mutakhir, tetapi tentang gimana memanfaatkan nan ada dengan langkah paling brilliant.