Fudan University Rilis Chip Hybrid 2d-silicon Pertama Di Dunia

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

CEKLANGSUNG.COM – Bayangkan jika perangkat elektronik Anda bisa menjadi lebih tipis, lebih cepat, dan lebih irit daya daripada nan pernah Anda bayangkan. Itulah nan dijanjikan oleh terobosan terbaru dari para peneliti di Fudan University, Shanghai. Mereka sukses menciptbakal prototipe chip memori hybrid pertama di bumi nan menggabungkan material dua dimensi (2D) setebal atom dengan chip silikon konvensional. Sebuah lompatan nan bisa mengubah masa depan komputasi.

Dalam beberapa tahun terakhir, industri semikonduktor telah mencapai titik di mana penyempurnaan teknologi silikon semakin mendekati pemisah fisiknya. Hukum Moore nan selama beberapa dasawarsa menjadi panduan, mulai menunjukkan tanda-tkamu kelelahan. Namun, penelitian terbaru nan dipublikasikan dalam jurnal bergengsi Nature ini memberikan secercah angan baru. Dipimpin oleh Professor Chunsen Liu, tim sukses mengintegrasikan modul memori 2D monolayer langsung ke dalam chip CMOS silikon tradisional.

Proses nan mereka sebut “Atom2Chip” ini memecahkan salah satu tantangan terbesar dalam integrasi material 2D seperti molybdenum disulfide (MoS₂) monolayer – ialah kerapuhannya. Material setebal atom ini sangat rentan terhadap kerusbakal selama proses manufaktur, terutama ketika kudu berhadapan dengan permukaan silikon nan tidak rata.

Mengatasi Tantangan Integrasi Material Ultra-Tipis

Bagaimana tim Fudan University mengatasi rintangan teknis nan selama ini menghalang penggabungan material 2D dengan silikon? Kuncinya terletak pada pengembangan proses on-chip full-stack nan inovatif. Mereka menciptbakal metode unik untuk mengikat lapisan 2D ke permukaan silikon tanpa merusak struktur atomnya nan halus.

Solusi mereka melibatkan paket pelindung nan melindungi lapisan ultra-tipis tersebut, sementara interface cross-platform memungkinkan transfer info nan mulus antara sirkuit 2D dan komponen CMOS standar. Pendekatan praktis ini tidak hanya mengatasi masalah ketidakstabilan material, tetapi juga menyelesaikan masalah ketidakcocokan proses nan selama ini menjadi penghkepalang utama.

Hasilnya sungguh mengesankan: chip memori flash NOR 2D 1-Kb nan sepenuhnya operasional. Bukan sekadar demonstrasi laboratorium, chip hybrid ini beraksi pada gelombang 5 MHz dengan kecepatan pemrogrkondusif dan penghapusan 20 nanodetik, serta konsumsi daya nan rendah. Dalam perihal performa dan kepadatan, chip ini sudah melampaui memori berpatokan silikon murni nan sebanding.

Dampak Potensial bagi Masa Depan Elektronik

Apa makna terobosan ini bagi Anda sebagai pengguna teknologi sehari-hari? Pertama, kita bisa membayangkan wearable device nan lebih tipis dari sebelumnya dengan masa pakai baterai nan lebih panjang. Bayangkan smartwatch nan setipis kertas namun bisa memperkuat berminggu-minggu dengan sekali pengisian daya. Atau smartphone dengan bezel nan nyaris tak terlihat, mengingat material 2D memungkinkan komponen elektronik nan lebih kompak.

Kedua, untuk aplikasi AI dan machine learning, chip hybrid ini bisa menjadi game-changer. Accelerator AI nan tetap dingin di bawah beban kerja berat bukan lagi mimpi. Ini bakal membuka kemungkinan untuk perangkat edge computing nan lebih powerful tanpa masalah overheating nan sering kita alami saat ini.

Meskipun prototipe saat ini konsentrasi pada aplikasi memori, arsitektur nan sama dapat diperluas ke gerbang logika dan prosesor. Artinya, kita sedang menyaksikan fondasi untuk seluruh generasi baru chip komputasi. Seperti nan ditunjukkan oleh perkembangan di teknologi chip masa depan dari UCLA, perlombaan untuk menciptbakal komponen elektronik nan lebih efisien sedang berjalan dengan intensitas tinggi.

Bahkan dalam perihal smartphone konvensional, integrasi teknologi semacam ini bisa mengubah lanskap produk seperti nan kita kenal. Bayangkan jika HP Samsung dengan kamera terbaik di masa depan tidak hanya mengandalkan sensor canggih, tetapi juga didukung oleh chip nan jauh lebih efisien. Atau ketika rekomendasi HP Samsung terbaru tidak hanya menonjolkan kreasi bezel tipis, tetapi juga keahlian komputasi nan sebelumnya tidak terbayangkan.

Meski menjanjikan, jalan menuju produksi massal tetap panjang. Tantangan terbesar terletak pada penskalaan biaya dan proses manufaktur. Material 2D seperti MoS₂ tetap relatif mahal untuk diproduksi dalam skala besar, dan proses integrasi nan dikembangkan tim Fudan University perlu dioptimalkan lebih lanjut untuk aplikasi industri.

Namun, terobosan ini menumpama langkah kritis menuju apa nan disebut sebagai “era angstrom” dalam kreasi chip. Sementara tim penelitian dunia berkompetisi untuk mempertahankan Hukum Moore melalui material baru, kesuksesan Fudan University menunjukkan bahwa lompatan komputasi berikutnya mungkin tidak hanya dibangun dalam nanometer, tetapi dalam atom.

Yang menarik, pendekatan hybrid ini mungkin justru menjadi solusi transisi nan paling praktis. Daripada mengganti seluruh prasarana silikon nan sudah mapan, integrasi berjenjang dengan material 2D memungkinkan peningkatan performa tanpa revolusi total dalam manufaktur semikonduktor. Ini seperti menemukan langkah untuk memasukkan mesin sport ke dalam kernomor mobil family – Anda mendapatkan performa tinggi tanpa kudu membangun kendaraan dari nol.

Dalam konteks persaingan teknologi global, pencapaian ini juga menunjukkan bahwa penemuan chip tidak lagi didominasi oleh pusat-pusat teknologi tradisional. Seperti nan kita lihat dalam perkembangan smartphone dengan bezel tertipis, penemuan datang dari beragam penjuru dunia, masing-masing dengan pendekatan uniknya sendiri.

Jadi, kapan kita bisa memandang teknologi ini dalam produk konsumen? Meski tetap perlu waktu beberapa tahun, terobosan Fudan University telah membuka pintu nan sebelumnya tertutup. Ketika produksi massal akhirnya tercapai, kita mungkin bakal memandang pergeseran paradigma dalam langkah perangkat elektronik dirancang dan digunakan. Dari smartphone nan bisa dilipat seperti kertas hingga implant medis nan nyaris tak terlihat, masa depan elektronik menjadi lebih cerah – satu atom pada satu waktu.

Selengkapnya
Sumber Telset
-->