Dalam aktivitas belajar, pembimbing tentu menginginkan suasana kelas terasa hidup dan semua siswa terlibat aktif. Namun, kenyataannya ada saja siswa nan lebih dominan, sementara nan lain condong pasif alias hanya mendengarkan.
Di sinilah pentingnya strategi dan metode pembelaliran siswa nan menarik untuk bisa membikin semua berkedudukan dan saling membantu memahami materi. Nah, salah satu pendekatan nan dapat digunbakal untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode pembelaliran jigsaw. 👩🏻🏫🏫
Lalu, sebenarnya seperti apa metode jigsaw itu? Bagaimana kelebihan, kekurangannya, serta contoh penerapan metode jigsaw dalam pembelaliran di kelas? Yuk, simak penjelasan Mamikos selengkapnya berikut ini. 📰
Apa itu Metode Jigsaw?
Metode jigsaw merupbakal salah satu strategi pembelaliran kooperatif nan mendorong siswa untuk aktif belajar berbareng dalam golongan kecil. Dalam prosesnya, setiap personil golongan mempunyai tanggung jawab terhadap satu bagian materi tertentu.
Nantinya setelah memahami bagian tersebut, mereka bakal saling berbagi dan mengajarkan hasil belajarnya kepada kawan satu kelompok, sehingga tercorak pemahkondusif nan menyeluruh dari beragam topik nan dipelajari.
Model ini pertama kali dikembangkan oleh Aronson dan dirancang untuk menumbuhkan kerja sama positif antarsiswa. Melalui metode jigsaw, peserta didik tidak hanya berfokus pada pemahkondusif pribadi, tetapi juga mempunyai peran untuk membantu personil golongan lain memahami materi nan sama.
Pendekatan ini juga membantu mengasah keahlian berpikir kritis, tanggung jawab individu, serta keahlian sosial nan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut penelitian nan dimuat dalam ejournal UPI, Jurnal Pena Ilmiah Vol. 1 No. 1 (2016) karya Asep Saiful Alfazr, Diah Gusrayani, dan Dede Tatang Sunarya, metode pembelaliran jigsaw terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Model ini memungkinkan siswa bekerja dalam golongan heterogen berisi empat hingga lima orang, di mana setiap personil memegang peran krusial dalam menyampaikan kembali materi nan telah dipelajari kepada rekan satu timnya.
Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw
Setiap metode pembelaliran tentunya mempunyai sisi positif nan membuatnya layak diterapkan di kelas, begitu pula dengan metode jigsaw. Dikutip dari situs akupintar.id, berikut beberapa kelebihan dan kekurangannya sebelum Mamikos memtelaah contoh penerapan metode jigsaw:
Kelebihan Metode Jigsaw
Metode jigsaw dapat memberikan sejumlah kelebihan nan tidak hanya mempermudah pembimbing dalam mengajar, lho, tetapi juga memberi ruang bagi siswa untuk berkembang secara aktif dan kolaboratif.
Melalui pembagian peran dan tanggung jawab nan seimbang, aktivitas belajar bakal menjadi lebih interaktif dan berpusat pada siswa. Berikut beberapa kelebihan nan dimiliki metode pembelaliran jigsaw:
- Meringankan tugas guru. Adanya golongan mahir nan bekerja menjelaskan materi membikin pembimbing tidak perlu menjabarkan seluruh isi pelaliran secara satu arah.
- Meningkatkan pemerataan pemahaman. Melalui sistem berbagi info antarsiswa, penguasaan materi dapat tercapai lebih sigap dan merata di seluruh kelas.
- Melatih keberanian berbicara. Siswa terdorong untuk aktif berdiskusi, mengemukbakal pendapat, serta menjelaskan topik nan dikuasainya.
- Menumbuhkan kerja sama. Proses belajar berjalan dengan saling membantu, sehingga hubungan antar siswa menjadi lebih positif.
- Memberi kesempatan menjadi ahli. Setiap siswa mempunyai tanggung jawab pada satu bagian materi, menjadikannya “ahli” di bagian mini tersebut.
- Membangun ketergantungan positif. Dalam kelompok, setiap personil saling berjuntai dan bekerja sama agar pemahkondusif mereka terhadap materi menjadi lengkap.
Kekurangan Metode Jigsaw
Meskipun mempunyai banyak keunggulan, metode jigsaw juga tidak lepas dari beberapa hambatan dalam penerapannya. Tantangan tersebut biasanya muncul lantaran perbedaan karakter, keahlian akademik, dan langkah berintertindakan antar siswa di dalam kelompok.
Oleh lantaran itu, pembimbing perlu memahami kekurangan metode ini agar dapat mengantisipasi dan menyesuaikan strategi pembelaliran dengan kondisi kelas nan ada.
Beberapa kekurangan metode pembelaliran jigsaw antara lain sebagai berikut:
- Adanya kekuasaan siswa tertentu. Dalam praktiknya, siswa nan lebih aktif sering kali mendominasi jalannya obrolan dan mengambil alih peran personil lain.
- Kesulitan bagi siswa berkekuatan rendah. Peserta didik dengan keahlian membaca alias berpikir nan lebih rendah mungkin kesulitan saat kudu menjelaskan materi sebagai personil ahli.
- Potensi kebosanan bagi siswa berkekuatan tinggi. Siswa nan mempunyai kepintaran di atas rata-rata kadang merasa kurang tertantang ketika menerima penjelasan dari kawan sekelompok nan pemahamannya lebih lambat.
- Membutuhkan ketelitian pembimbing dalam memcorak kelompok. Guru kudu benar-betul memastikan golongan tercorak secara heterogen agar tidak terjadi ketimpangan antara siswa nan dominan dan nan pasif.
- Ketidaksesuaian penugasan dengan kemampuan. Kadang, pembagian peran sebagai tim mahir belum sepenuhnya disesuaikan dengan keahlian alias kompetensi masing-masing siswa.
- Krisis percaya diri pada siswa pasif. Beberapa siswa nan condong pendiam bisa merasa kurang percaya diri dibandingkan teman-temannya. Namun, perihal ini dapat diatasi dengan support dan pendampingan nan konsisten dari pembimbing maupun personil kelompok.
Langkah-langkah Penerapan Metode Jigsaw
Agar lebih mudah memahami gimana contoh penerapan metode jigsaw di kelas, Mamikos bakal mengajakmu untuk mengetahui urutan alias sintaks pembelajarannya.
Mengpenyesuaian pendapat Arends (1997), model pembelaliran ini terdiri dari enam tahap utama nan saling berangkaian dan memcorak satu alur aktivitas belajar nan utuh.
Selain itu, dalam penerapan metode jigsaw, pembimbing juga perlu memastikan bahwa materi nan diajarkan sudah tersusun secara runtut dan mudah dibagi menjadi beberapa bagian.
Berikut langkah-langkah penerapan metode pembelaliran jigsaw:
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Pada tahap awal, pembimbing menjelaskan tujuan pembelaliran nan mau dicapai sekaligus memberikan motivasi kepada siswa agar semangat mengikuti aktivitas belajar. Dengan begitu, siswa memahami arah aktivitas dan merasa terlibat sejak awal.
Fase 2. Menyajikan informasi
Selanjutnya, pembimbing memperkenalkan materi pelaliran nan bakal dipelajari. Informasi ini bisa disampaikan melalui penjelasan langsung, demonstrasi, maupun bahan referensi nan telah disiapkan. Tahap ini bermaksud memberi gambaran umum tentang topik nan bakal didalami oleh siswa.
Fase 3. Mengorganisasikan golongan belajar
Setelah itu, pembimbing memcorak golongan mini nan berkarakter heterogen. Setiap siswa mendapat peran alias tanggung jawab untuk mempelajari satu bagian materi tertentu.
Guru juga menjelaskan perbedaan antara golongan asal dan golongan mahir serta gimana langkah mereka berinteraksi.
Fase 4. Membimbing golongan bekerja dan belajar
Guru memantau proses obrolan di golongan mahir untuk memastikan setiap siswa memahami bagian materi nan menjadi tanggung jawabnya. Setelah itu, siswa kembali ke golongan asal untuk mengajarkan materi tersebut kepada teman-temannya.
Fase 5. Mengevaluasi hasil pembelajaran
Pada tahap ini, setiap golongan mempresentasikan hasil obrolan mereka. Guru kemudian melakukan pertimbangan terhadap pemahkondusif siswa, baik secara perseorangan maupun kelompok, guna memandang sejauh mana tujuan pembelaliran telah tercapai.
Fase 6. Memberikan penghargaan
Sebagai corak apresiasi, pembimbing memberikan pujian alias penghargaan kepada golongan nan menunjukkan kerja sama dan hasil belajar terbaik. Hal ini membantu meningkatkan motivasi siswa agar lebih antusias dalam mengikuti pembelaliran berikutnya.
Contoh Penerapan Metode Jigsaw dalam Pembelajaran
Nah, setelah tadi Mamikos memtelaah komplit tentang pengertian, kekurangan dan kelebihan metode jigsaw serta langkah-langkah penerapannya, sekarang saatnya untuk memandang contohnya.
Berikut terdapat dua contoh penerapan metode jigsaw dalam mata pelaliran nan berbeda:
Contoh Metode Jigsaw 1
Mata Pelaliran Biologi: Materi Sistem Pencernaan Manusia
Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Motivasi Siswa
Guru membuka pelaliran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, ialah agar siswa bisa memahami kegunaan organ-organ pencernaan manusia serta proses pencernaan makanan.
Guru juga memberikan motivasi dengan mengaitkan materi pada kehidupan sehari-hari, misalnya pentingnya memahami langkah tubuh mencerna makanan agar dapat menjaga pola mbakal nan sehat.
Fase 2: Menyajikan Informasi
Guru menyampaikan info awal melalui tayangan PowerPoint dan video animasi tentang sistem pencernaan manusia. Setelah itu, pembimbing membagikan bahan referensi nan dibagi menjadi empat topik utama, ialah mulut, lambung, usus halus, dan usus besar.
Fase 3: Mengorganisasikan ke dalam Kelompok Belajar
Siswa dibagi menjadi empat golongan asal nan masing-masing beranggotbakal lima orang. Guru kemudian menjelaskan langkah pembuatan golongan ahli.
Setiap personil golongan asal ditugaskan mempelajari satu bagian sistem pencernaan untuk menjadi “ahli” pada topik tersebut.
Fase 4: Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Dalam golongan ahli, siswa mendiskusikan materi nan menjadi tanggung jawab mereka dengan pengarahan guru. Misalnya, golongan mahir nan memtelaah lambung konsentrasi pada proses kimiawi pencernaan.
Setelah memahami topiknya, mereka kembali ke golongan asal dan menjelaskan hasil pembelajarannya kepada personil lain.
Fase 5: Mengevaluasi
Setiap golongan asal kemudian mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru memberikan pertanyaan pemantik, menilai partisipasi siswa, serta meluruskan konsep nan tetap belum tepat.
Evaluasi perseorangan dilakukan melalui kuis singkat agar pembimbing dapat mengetahui sejauh mana pemahkondusif siswa terhadap keseluruhan materi.
Fase 6: Memberikan Penghargaan
Guru memberikan penghargaan berupa pujian dan poin tambahan kepada golongan nan menunjukkan kerja sama terbaik. Selain itu, pembimbing juga memberikan apresiasi kepada siswa nan aktif bertanya dan berpendapat.
Pembelaliran ditutup dengan refleksi mengenai pentingnya kerja sama dan tanggung jawab dalam proses belajar.
Contoh Metode Jigsaw 2
Mata Pelaliran Sejarah: Materi Penyebaran Islam di Indonesia
Fase 1: Menyampaikan Tujuan dan Motivasi Siswa
Guru membuka pelaliran dengan menjelaskan bahwa hari ini siswa bakal mempelajari proses penyebaran kepercayaan Islam di Indonesia. Tujuannya agar siswa memahami jalur masuk Islam, tokoh-tokoh nan berperan, serta dampaknya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
Guru juga memberi motivasi dengan menanyakan, “Kira-kira, gimana langkah Islam bisa menyebar luas tanpa peperangan besar di Nusantara?” Pertanyaan ini membikin siswa antusias mengikuti pembelajaran.
Fase 2: Menyajikan Informasi
Guru menayangkan peta jalur perdagangan antik dan video singkat tentang awal mula kehadiran pedagang Arab dan Gujarat ke Nusantara. Setelah itu, pembimbing memberikan ringkasan materi nan sudah dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu:
- Jalur perdagangan dan peran para pedagang,
- Peran ustadz dan kerajaan Islam di Indonesia,
- Perkembangan lembaga pendidikan Islam (pesantren),
- Akulturasi budaya Islam dengan budaya lokal.
Fase 3: Mengorganisasikan ke dalam Kelompok Belajar
Siswa dibagi ke dalam beberapa golongan asal, masing-masing beranggotbakal lima orang. Guru kemudian meminta setiap personil golongan untuk memilih salah satu topik agar mereka bisa menjadi “ahli” di bagian tersebut. Setelah terbentuk, personil dengan topik sama dari setiap golongan asal berkumpul memcorak golongan ahli.
Fase 4: Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Dalam golongan ahli, siswa mendalami materi nan telah ditentukan dengan support kitab teks dan sumber digital.
Misalnya, golongan mahir pertama mempelajari gimana aktivitas perdagangan internasional membawa pengaruh kepercayaan Islam ke pelabuhan-pelabuhan krusial seperti Samudera Pasai dan Malaka.
Guru berkeliling memberikan bimbingan, membantu siswa nan tetap bingung, dan memastikan semua personil berperan-serta aktif.
Fase 5: Mengevaluasi
Setelah sesi golongan mahir selesai, para siswa kembali ke golongan asal dan berbagi pengetahuan nan telah mereka pelajari. Setiap personil menjelaskan bagian materinya sehingga seluruh golongan memahami keempat topik utama.
Guru kemudian memberikan beberapa pertanyaan reflektif dan kuis perseorangan untuk mengukur pemahkondusif siswa terhadap keseluruhan proses penyebaran Islam di Indonesia.
Fase 6: Memberikan Penghargaan
Sebagai penutup, pembimbing memberikan apresiasi kepada golongan nan bisa mempresentasikan materi dengan kompak dan jelas.
Guru juga memberikan pujian bagi siswa nan aktif mengusulkan pertanyaan alias mengaitkan materi sejarah dengan kondisi sosial masyarakat saat ini. Kelas diakhiri dengan refleksi singkat mengenai pentingnya kerja sama dalam memahami sejarah bangsa.
Penutup
Demikian penjelasan dan pempembahasan komplit tentang contoh penerapan metode jigsaw beserta kelebihan dan kekurangannya. Kalau Anda tetap mencari metode pembelaliran lainnya, jangan lupa mampir ke blog Mamikos, ya. 📤
Mengenal Model Pembelaliran Jigsaw di Sekolah [Daring]. Tautan: https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-model-pembelajaran-jigsaw-di-sekolah
Pengertian Model Pembelaliran Jigsaw beserta Tujuan, Ciri-Ciri, Langkah-Langkah dan Contoh Sintaks [Daring]. Tautan: https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/model-pembelajaran-jigsaw
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA
TIAP PARAGRAF [Daring]. Tautan: https://ejournal.upi.edu/index.php/penailmiah/article/viewFile/2937/1965
Tahapan dalam Menerapkan Metode Pembelaliran Jigsaw di Kelas [Daring]. Tautan: https://penerbitdeepublish.com/metode-pembelajaran-jigsaw/
Klik dan dapatkan info kost di dekat kampus idamanmu:
Kost Dekat UGM Jogja
Kost Dekat UNPAD Jatinangor
Kost Dekat UNDIP Semarang
Kost Dekat UI Depok
Kost Dekat UB Malang
Kost Dekat Unnes Semarang
Kost Dekat UMY Jogja
Kost Dekat UNY Jogja
Kost Dekat UNS Solo
Kost Dekat ITB Bandung
Kost Dekat UMS Solo
Kost Dekat ITS Surabaya
Kost Dekat Unesa Surabaya
Kost Dekat UNAIR Surabaya
Kost Dekat UIN Jakarta
3 minggu yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·