Telset.id – Lima hari, dua negara, nol laptop. Saya menulis ini di pesawat menuju pulang, dengan Galaxy Z Fold7 terbuka di atas nampan mini bangku ekonomi. Cahaya layar 8 inci-nya memantul di jendela, dan saya sadar: saya belum sekali pun merasa perlu membuka laptop sepanjang perjalanan ini.
Saya bukan sedang berlibur. Ini adalah perjalanan kerja nan padat: wawancara, penulisan, pengambilan gambar, editing konten, dan serangkaian komunikasi lintas waktu dan bahasa. Tapi untuk pertama kalinya, saya menyerahkan nyaris semua proses itu ke satu perangkat—dan lebih dari itu, saya menyerahkannya ke kecerdasan buatan nan tinggal di dalam perangkat ini.
Gemini Live: Ketika AI Mengerti Konteks
Saya belum bisa lupa ketika memotret mural sejarah di Johor Bahru dan usil bertanya pada Fold7, “Apa makna karya ini?” Saya tak berambisi jawaban, tapi Gemini Live memberikannya: penjelasan ringkas, sumber rujukan, dan konteks budaya nan relevan.
Ini bukan chatbot. Ini bukan kamera pandai biasa. Ini adalah AI multimodal—yang bisa memahami visual, mendengarkan pertanyaan, dan merespons dengan wawasan.
Gemini Live mengubah langkah saya memandang sekitar. Ia membikin lingkungan terasa lebih interaktif. Setiap objek bisa menjadi pintu masuk ke informasi. Setiap momen bisa diubah menjadi cerita—bukan hanya lewat teks, tapi lewat pemahaman.
AI nan Tidak Terlihat, Tapi Selampau Hadir
Galaxy Z Fold7 tidak berteriak bahwa dirinya canggih. Tapi sejak pertama kali saya gunakan, saya tahu ada sesuatu nan berbeda. Saat saya mewawancarai narasumber di Jalan Sultan, saya tidak lagi panik mencatat alias mengetik terburu-buru. Saya cukup rekam, dan Transcript Assist dari Galaxy AI bekerja di belakang layar—mengubah bunyi jadi teks rapi dalam hitungan menit.
Di hari lain, saya terlibat obrolan dengan dua rekan dari latar bahasa berbeda. Live Translate memfasilitasi percakapan kami tanpa hambatan. Kalimat saya diterjemahkan langsung, ditampilkan dalam subtitle layar depan dan belakang. Percakapan tetap mengalir, pemahkondusif tetap terjaga.
Saya tidak lagi bekerja sendirian. Saya ditemani oleh AI nan diam-diam mengerjbakal hal-hal mini namun esensial.
Visual, Tanpa Perlu Visual Editor
Biasanya, setelah mengambil foto alias video, saya butuh waktu untuk memindahkan file, mengedit, menyesuaikan warna, alias menghapus komponen nan mengganggu. Tapi sepanjang perjalanan ini, saya tidak membuka software editing sekali pun.
Photo Assist dan Generative Edit di Fold7 cukup untuk menyelesaikan sebagian besar kebutuhan visual saya. Saya bisa menghapus orang nan masuk frame, mengubah komposisi, memperbaiki pencahayaan, dan apalagi membikin ragam gambar baru hanya dari satu potret diam.
Saya mengambil gambar mural bersejarah, menamapalagi teks overlay, menyesuaikan tone warnanya, dan mengunggahnya ke Instagram—semuanya dilakukan di MRT menuju Johor.
Informasi Tanpa Distraksi
Saat sedang riset untuk tulisan ini, saya menemukan fitur nan mungkin terdengar sepele tapi berakibat besar: Circle to Search. Saya cukup melingkari istilah asing di teks, dan AI menampilkan info mengenai tanpa saya kudu beranjak aplikasi. Ini mengurangi distraksi, meningkatkan fokus, dan menyelamatkan saya dari tab-tab tak berujung.
Fitur seperti Browsing Assist dan Writing Assist juga menjadi pengingat bahwa AI bisa membantu tanpa merebut kendali. Ia bukan pengganti kreativitas, tapi akselerator proses berpikir.
Ketika Perangkat Tidak Lagi Sekadar Alat
Kini, setelah tiga artikel, puluhan konten, dan ratusan aktivitas harian, saya bisa menyimpulkan satu perihal penting: Galaxy Z Fold7 bukan lagi sekadar perangkat. Ia telah menjadi bagian dari langkah saya berpikir, bergerak, dan berkarya.
AI di dalam Fold7 bukan datang sebagai fitur tambahan untuk dipamerkan di konferensi. Ia bekerja diam-diam, di latar belakang, untuk satu tujuan: membikin hidup kerja lebih mudah. Ia mendengarkan, menerjemahkan, membantu mengedit, mengorganisir pikiran, dan menyingkat proses panjang nan dulu saya anggap “normal”.
Dan lantaran AI-nya bekerja di dalam perangkat, saya tidak perlu hubungan internet terus-menerus. Saya bisa tetap produktif di pesisir Johor alias di tengah tkondusif kota Singapura. Saya bisa tetap bekerja tanpa merasa sedang “kerja berat”.
Trilogi pengalkondusif ini saya tutup dengan sebuah kepercayaan baru: di masa depan, produktivitas bukan lagi soal berapa banyak perangkat nan kita bawa. Tapi soal seberapa pandai perangkat nan kita bawa bisa memahami kita. Dan Galaxy Z Fold7, menurut saya, sudah cukup pandai untuk itu.