CEKLANGSUNG.COM – Bayangkan Anda baru saja mengeluarkan Rp 55 juta untuk headset realitas campuran tercanggih, lampau kudu merogoh kocek tambahan Rp 4 juta hanya untuk kontroler game. Itulah nan terjadi ketika Apple mengumumkan penjualan terpisah kontroler PlayStation VR2 Sense untuk Vision Pro generasi kedua. Sebuah langkah berani nan membikin banyak fans teknologi mengernyitkan dahi.
Pengumuman ini datang berbarengan dengan peluncuran Vision Pro generasi kedua nan ditenagai chip M5 terbaru. nan menarik, kontroler PS VR2 Sense—yang sebelumnya hanya bisa dibeli dalam bundle headset PS VR2 seharga $400—kini bakal dijual terpisah di Apple Store dengan nilai $250 mulai 11 November. Bagi mereka nan sudah mempunyai Vision Pro seharga $3.499, mungkin tambahan $250 untuk kontroler premium ini terasa wajar. Tapi bagi masyarakat umum? Ini seperti membeli mobil mewah lampau kudu bayar ekstra untuk setirnya.

Apple dengan percaya diri menyatbakal bahwa kontroler Sony ini bakal membuka pintu menuju pengalkondusif gameplay nan lebih imersif di Vision Pro. Dan memang, spesifikasinya cukup mengesankan: pelacbakal mobilitas enam derajat kebebasan (6DoF) nan memungkinkan pergerbakal ke segala arah, penemuan sentuhan jari, dan support getaran haptic. Fitur-fitur ini sebelumnya hanya bisa dinikmeninggal pemain PlayStation, namun sekarang bakal tersedia di ekosistem Apple.
Lalu, apa nan membikin kerjasama Apple-Sony ini begitu menarik? Pertama, ini menumpama pertama kalinya kontroler gaming PlayStation resmi tersedia untuk platform non-PlayStation. Kedua, ini menunjukkan sungguh seriusnya Apple dalam membangun ekosistem gaming untuk Vision Pro—sebuah area nan sebelumnya bukan konsentrasi utama perusahaan asal Cupertino tersebut.
Vision Pro generasi kedua sendiri datang dengan peningkatan signifikan. Chip M5 nan lebih powerful tidak hanya meningkatkan performa grafis, tetapi juga efisiensi daya—ftokoh krusial untuk perangkat nan dikenbakal di kepala. Apple juga menyertbakal Dual Knit Band baru, nan menamapalagi strap atas untuk kenyamanan dan stabilitas lebih baik selama penggunaan extended.

Strategi pricing Apple-Sony dalam kasus ini patut diacungi jempol dari sisi bisnis, namun menuai kritik dari konsumen. Dengan menjual kontroler terpisah, kedua raksasa teknologi ini membidik segmen pasar nan berbeda: gamers hardcore nan menginginkan pengalkondusif terbaik tanpa peduli harga, dan early adopter nan sudah berinvestasi besar di Vision Pro.
Namun, pertanyaannya: apakah pasar siap menerima nilai premium seperti ini? Mengingat PS5 Pro nan baru diumumkan pun datang dengan nilai nan lebih terjangkau, keputusan membeli kontroler seharga $250 untuk Vision Pro menjadi pertimbangan nan tidak sederhana.
Kolaborasi Apple dan Sony ini juga mengindikasikan perubahan lanskap gaming di masa depan. Daripada bersaing, kedua perusahaan memilih berkolaborasi—sebuah strategi nan mungkin bakal kita lihat lebih sering di industri teknologi. Sony dengan expertise di gaming, Apple dengan ecosystem premiumnya, menciptbakal sinergi nan menarik meski kontroversial dari segi harga.
Bagi developer game, support native untuk kontroler PS VR2 Sense di visionOS 2.6 membuka pesenggang baru. Mereka sekarang bisa mengembangkan game dengan kontrol nan lebih presisi dan imersif untuk platform Apple, tanpa kudu membikin kontroler custom. Ini bisa menjadi game-changer bagi ecosystem gaming AR/VR nan tetap dalam tahap perkembangan.
Lalu gimana dengan masa depan kontroler gaming itu sendiri? Seperti nan terlihat dalam peluncuran game Astro Bot, Sony terus berinovasi dalam perihal controller technology. Kolaborasi dengan Apple mungkin hanya awal dari revolusi kontroler gaming cross-platform.
Jadi, apakah $250 untuk kontroler PS VR2 Sense layak? Bagi mereka nan sudah berinvestasi di Vision Pro dan menginginkan pengalkondusif gaming terbaik, mungkin iya. Tapi bagi rata-rata konsumen, nilai ini tetap terasa steep. nan jelas, langkah Apple dan Sony ini menunjukkan bahwa masa depan gaming tidak lagi tentang konsol versus PC, tetapi tentang ecosystem nan saling terhubung—meski dengan nilai premium.
Dengan berbagai penemuan nan terus diluncurkan Sony dan komitmen Apple terhadap AR/VR, kita mungkin sedang menyaksikan babak baru dalam perkembangan gaming. Sebuah babak dimana pemisah antara platform semakin blur, dan pengalkondusif pengguna menjadi nan utama—dengan nilai nan sesuai tentunya.
1 bulan yang lalu
English (US) ·
Indonesian (ID) ·